-->

Desa Wisata Kamasan Kabupaten Klungkung, Bali Yang Wajib kalian Ketahui

Ternyata ilmu itu luas sebelum membahas mengenai Desa Wisata Kamasan Kabupaten Klungkung, Bali ini, kesimpulannya kita butuh mempelajari sesuatu Sebab dalam kehidupan kita sehari-hari kita butuh kemampuan banyak hal yang belum kita pahami yang sebenarnya. Misalnya, supaya mampu di keahlian tertentu yang kita harapkan, maka kita wajib mengikuti training yang memang membagikan ilmu yang kita butuhkan. Sebelum membahas mengenai Desa Wisata Kamasan Kabupaten Klungkung, Bali, Sekarang, Bisa disimpulkan bila hanya dengan belajar kita Bisa mengatasi masalah yang kita hadapi setiap hari. Kita mendapatkan ilmu, akan mengubah diri kita, dari belum memahami, atau belum menguasai hal tertentu, menjadi kebalikannya dan membuat kita semakin berbobot.

Desa Wisata Kamasan Kabupaten Klungkung, Bali

Fasilitas

Ada suatu ruang pameran atau penjualan produk lukisan atau ukiran,
tempatnya di sebelah barat banjar Sangging, sekitar 50 meter. suatu sanggar
latihan melukis didirikan oleh Nyoman Mandra di rumahnya sendiri. Apabila
tamu-tamu berkunjung ke Kamasan maka lebih banyak Bisa menikmati langsung
bengkel-bengkel kerja para Artis lukis atau ukir dirumahnya masing-masing.
Jalan yang dilalui seluruhnya beraspal Bisa ditempuh kendaraan bermotor
(mobil, sepeda motor) atau tersedia pula angkutan tradisional dokar.

Kunjungan

Kamasan sebagai pusat produk lukisan atau ukiran tradisional
banyak mendapat kunjungan wisatawan nusantara ataupun mancanegara. Waktu
kunjungan mereka ialah di siang hari. Para wisatawan yang berkunjung
ke Kamasan memakai peralatan sepeda motor, mobil, taxi atau dokar.

Deskripsi

Kamasan atau "Ka-emas-an" merupakan nama yang cukup tua
untuk komunitas orang-orang yang mempunyai pekerjaan dalam bidang memadai
yaitu Pande Mas sesuai dengan nama salah satu banjar di desa Kamasan.
Bukit arkeologis yang ditemukan berupa tahta-tahta batu, arca menhir,
lesung batu, palungan batu, monolit yang berbentuk silinder, batu dakon,
lorong-lorong jalan yang dilapisi batu kali yang pernah ditemukan di
tahun 1976 dan 1977, yang tersebar di desa-desa Kamasan, Gelgel dan Tojan,
memberi petunjuk bahwa komunitas cukup tua umurnya.Dari temuan arkeologis
itu juga memberi petunjuk bahwa tradisi megalitik pernah mewarnai kehidupan
komunitas di Kamasan dan sekitarnya, yaitu kehidupan komunitas pra Hindu
yang berakar di masa neolitikum (+ 2000 tahun SM).

Tradisi Megalitik
telah diserap oleh para undagi dan ke-pande-an di periode setelah itu.
Para Pande semakin dikenal dan difungsikan oleh Raja (Ida Dalem) sejak
kerajaan berpusat di Gelgel (1380-1651).Produk seni ukir di logam emas
atau perak yang berbentuk pinggan (bokor, dulang dll) telah dijadikan
perlengkapan barang-barang perhiasan Keraton Suweca Linggaarsa Pura Gelgel.
Selain seni ukir, berkembang pula seni lukis wayang untuk hiasan di atas
kain berupa bendera (kober , umbul-umbul, lelontek), kain hiasan (ider-ider
dan parba) yang menjadi pelengkap dekorasi di tempat-tempat suci (pura)
atau bangunan di komplek Kraton.Sejak pemegang tahta II berkuasa yaitu
Dalem Waturenggong (1460-1550) kerajaan Gelgel mencapai puncak kemasyuran,
maka keemasan Kamasan merupakan desa pengrajin.

Banjar-banjar yang ada
terutama Sangging dan Pande Mas Bisa dikatakan banjar Gilda, kelompok
kerja, pengrajin yang terdiri dari rumah-rumah serta bengkel-bengkel dimana
para warganya tinggal, bekerja dan mengabdi kepada sang Raja hingga di
akhir hayat mereka. Raja dipandang sebagai dewa raja yang bertugas menjaga
supaya jagad (alam semesta dan isinya) senantiasa ada dalam keadaan seimbang
dan selaras. Oleh Sebab seni dipandang sebagai unsur penting dalam menjaga
keselarasan itu lewat karya seni sakral maka menjadi tugas penguasa untuk
melindungi serta memelihara kesenian.di waktu pusat kekuasaan dipindahkan
dari Gelgel ke Klungkung, oleh Dewa Agung Jambe tahun 1686, keturunan
langsung dari Dinasti Kresna Kepakisan di Gelgel, kedudukan desa Kamasan
yang berintikan Sangging dan Pande Mas sebagai banjar Gilda pengrajin
tempat para Artis lukisan dan ukiran tetap dipertahankan.

Akan akan tetapi
sekarang sesudah Klungkung berubah menjadi ibukota kabupaten Propinsi
Bali dan para keturunan Raja serta bangsawannya menjadi pejabat dan pegawai
RI, banjar Sangging dan Banjar Pande Mas bukan lagi banjar Gilda dari
sang Raja. Meskipun demikian, para Artis dan pengrajin Sangging, pande
mas dan Banjar-banjar lainnya : Siku, Geria, Kacangdawa, Peken Pande dan
Tabanan masih terus menghasilkan lukisan atau ukiran gaya Kamasan atau
gaya wayang.Perluasan produk pengrajin telah beragam, tak akan hanya terbatas
di ukiran emas dan perak akan tetapi muncul pula seni ukir yang berbahan
tembaga atau kuningan dan peluru. Produk kesenian mereka berupa lukisan
atau ukirannya banyak dipesan oleh wisatawan mancanegara atau nusantara.
Begitu juga, sejalan dengan meningkatnya turisme, toko-toko souvenir dan
seni di Klungkung, atau pasar seni Gianyar dan Denpasar serta hotel-hotel
juga menjadi pelanggan yang tetap dari produk kesenian gaya wayang di
Kamasan.

0 Response to "Desa Wisata Kamasan Kabupaten Klungkung, Bali Yang Wajib kalian Ketahui"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel